December 17, 2015

college life was super fun

Hello, udah lama banget aku ngga nulis di blog ini. Kenapa? Seperti yang aku pernah share di post sebelumnya, aku ngulang proposal skripsi karena aku pernah kena sial yaitu telat masuk kelas saat ujian, jadi aku dilarang ikut ujian. Pedih banget, padahal saat itu ujiannya 6sks (semakin besar jumlah sks, semakin mempengaruhi IP), jadi karena kejadian ini, aku harus rela 1) mengulang penyusunan proposal skripsi, 2) IPK turun sedikit drastis 3) batal lulus 3,5 tahun.

Ternyata menjalani dunia perkuliahan itu lebih ribet daripada SMA, well aku banyak belajar tentang kehidupan juga saat kuliah. Mulai dari memilih antara teman belajar dan teman bermain, atau keduanya. Kejadian pertama, aku pernah sekelas sama teman cewek yang kuliah di Jakarta dan dia datang jauh-jauh dari Surabaya. Di kampusku banyak banget mahasiswa yang merantau dari sabang sampai merauke cuma untuk kuliah di Jakarta. Banyak dari teman-temanku yang merantau ini lebih malas daripada aku selama perkuliahan, tapi ngga sedikit juga yang rajin dan niat banget kuliahnya. Contohnya, teman kampusku yang merantau dari Surabaya ini, dia sekeluarga pindah ke Jakarta dan tinggal di apartemen di daerah Jakarta Barat yang jaraknya lumayan dekat dari kampus (bukan dengan jalan kaki ya). Dari awal perkuliahan, Echa selalu ngajak aku untuk duduk kursi paling depan atau paling belakang bagi dia adalah kursi di barisan keempat dari kira-kira delapan baris kursi. Awalnya aku ngga ikutin permintaan dia dan lebih memilih duduk di barisan kedua dari belakang bersama teman yang lain, eh lama-kelamaan (bahkan ngga sampe seminggu) aku ngerasa bosen banget dan sama sekali ngga konsentrasi untuk belajar. Maklum aku duduk bersama teman-teman yang lebih banyak ngobrol daripada mencatat atau setidaknya mendengarkan penjelasan dosen.
Akhirnya aku ikutin permintaan Echa untuk duduk didepan, dan hasilnya? Di semester 1 IPK-ku 2,9 not bad untuk sebuah permulaan.
Semester 2, aku ngerasa lebih semangat lagi, dan aku masih sekelas sama Echa, di beberapa mata kuliah yang memang kita ngga terpisah selama semester 2, aku dan Echa selalu satu kelompok, aku ngga pernah nyesel sekelas sama Echa, karena dia satu-satunya teman di kampusku yang ngga pernah berhenti ngasih aku motivasi untuk tetap semangat belajar. Karena ngeliat Echa yang semangat belajarnya ngga pernah hilang walaupun lagi capek, aku terpacu untuk tetap jadi anak kuliah yang rajin, dan emang terbukti, dalam sejarah perkuliahanku nilai IPK tertinggi itu di semester 2, umm dihitung keseluruhan sampai semester akhir sih ngga tinggi banget tapi 3,4 itu nilai IPK yang ajaib banget bagi aku.
Semester 3? IPK-ku turun drastis karena penjurusan aku dan Echa beda itu berarti aku sama Echa udah ngga sekelas lagi, ternyata pisah kelas sama teman yang rajin berpengaruh banget sama nilai akademis perkuliahan. Aku merasa kehilangan semangat belajar, dan aku termasuk anak yang agak sulit untuk beradaptasi dengan lingkungan baru setelah nyaman dengan lingkungan lama. Ya contohnya di semester 3 ini aku merasa paling bodoh karena ngeliat teman-teman baru terlihat pintar semua (memang iya sih). Dan hal lain yang bikin aku agak sulit untuk beradaptasi sama teman-teman baru di semester 3 itu adalah tampang teman-teman cewek yang terlihat jahat dan teman-teman cowok yang tampangnya sangar. But in the end of the third semester I did it! dengan IPK average.
Semester 4 sampai semester 6 itu adalah semester yang bisa aku bilang jatuh bangun. Kenapa? Jelek banget sih alasannya, aku diputusin hahahaha (laugh it off because it's hurtly funny). Namanya juga cewek, kalo diputusin hidupnya berasa runtuh seruntuh-runtuhnya, bener kan? Lebih lucunya lagi, I was really really stupid because my ex cheated on me 3 times and I am still being kind to him, holly shit. Maka dari itu, nilai akademisku naik-turun deh.
Semester 7 bener-bener menguras energi lahir batin bagi anak kuliah, ini semester sakral bagi mahasiswa yang mau beresin kuliah selama 3,5 tahun dan aku termasuk salah satu mahasiswa yang gagal beresin kuliah selama 3,5 tahun karena telat masuk kelas, jadi aku ngga diizinkan untuk mengikuti ujian. Tapi aku berusaha ngga menyesal karena istilahnya nasi sudah menjadi bubur, mau diapain lagi? Dari situlah aku harus mengulang pengajuan proposal skripsi, yang dimana saat aku mengajukan proposal skripsi dan kalo aku ngga telat aku pasti sudah setengah perjalanan bimbingan skripsi.
Semester 8 itu aku bisa sebut semester malas karena di semester 8 kalo ngga ada semester pendek (sayangnya aku kena semester pendek), ke kampus itu hanya untuk bimbingan skripsi, tapi emang yang namanya skripsi ngga bisa main-main deh (walaupun aku sedikit main-main juga) but thank you God I passed :(
Saking namanya semester malas, kalo mahasiswa itu diberi waktu sekitar 4 bulan untuk bimbingan skripsi, what I did? aku baru mulai bimbingan skripsi 2 bulan menjelang pengumpulan skripsi, ya bagus sekali (ps:sumpah ini jangan ditiru! apalagi kalo dosen pembimbingnya killer, mati aja ngulang skripsi di semester 9).

Jadi pelajaran yang bisa aku petik dari kejadian diatas adalah:
1. Pilih-pilih teman di kampus (teman belajar, teman bermain, atau campuran keduanya)
2. Perbanyak teman/relasi di kampus, ini berguna banget buat kedepannya
3. Rajin-rajin mencatat setiap mata kuliah (I did this because I realize I'm not that smart)
4. Duduk di barisan depan kalo merasa ngga ngerti sama mata kuliahnya (don't be shy!)
5. Cari kelompok anak rajin buat belajar bareng (biar ketularan rajin)
6. Jangan nyesel kena semester pendek, jalani aja (because of this I am able to watch One Direction concert at GBK on last March 25)
7. Just have fun because adulthood is more complicated and you're going to miss college life so much!

No comments:

Post a Comment